Sunday, March 22, 2009

JORDAN DAN SYRIA desak ISRAEL keluar dari Tanah ARAB..

Yordania dan Suriah mendesak Israel untuk angkat kaki dari seluruh wilayah Arab dan membuka jalan bagi berdirinya negara Palestina yang merdeka. Hal tersebut ditegaskan oleh kedua pemimpin negara tersebut dalam pernyataan bersama mereka usai melakukan pertemuan pada Jumat kemarin.

Raja Yordania, Raja Abdullah menerima kunjungan Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang secara khusus membahas persoalan Palestina. Keduanya meminta Israel angkat kaki dari wilayah-wilayah Arab yang mereka rampas saat Perang Enam Hari tahun 1967.

Raja Abdullah dan al-Assad menegaskan, harus ada upaya perdamaian yang menyeluruh dan permanen untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Perdamaian itu harus berdasarkan pada resolusi-resolusi PBB dan inisiatif perdamaian negara-negara Arab. Suriah yang tidak membuka hubungan diplomatis dengan Israel, sudah sejak lama menuntut rezim Zionis itu mundur dari Dataran Tinggi Golan, wilayah Arab Suriah yang diduduki Israel sejak tahun 1967.

Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin negara itu menyerukan agar Fatah dan Hamas menghentikan konflik dan memobilisasi seluruh potensi mereka untuk mewujudkan hak-hak rakyat Palestina, khususnya mendirikan negara Palestina merdeka.

Presiden Suriah dan Raja Yordania juga membahas upaya memperkuat kerjasama dan solidaritas negara-negara Arab agar negara-negara pan Arab satu suara dalam menyikapi masalah-masalah Timur Tengah dan tantangan-tantangan di masa depan yang harus mereka hadapi bersama.

Hamas Ancam Israel

Sementara itu dari Suriah, Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Mishaal mengancam akan lebih banyak lagi menculik tentara-tentara Israel. Mishaal melontarkan ancaman itu setelah Israel membentuk komite khusus untuk melakukan tekanan yang lebih berat pada tahanan-tahanan Palestina sebagai upaya membebaskan prajuritnya yang ditawan pejuang Hamas.

Dalam wawancara dengan surat kabar Australia The Sydney Morning Herald, Mishaal mengatakan, karena Israel menolak membebaskan tahanan Palestina maka Hamas akan melakukan cara lain untuk membebaskan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel, termasuk dengan cara menculik lebih banyak lagi tentara-tentara Israel.

Seperti diberitakan, negosiasi pertukaran tahanan antara Israel dan Palestina di Kairo gagal. Israel menolak tuntutan Hamas agar membebaskan sekitar 1.450 tahanan Palestina sebagai kompensasi pembebasan Gilad Shalit, prajurit Israel yang ditawan pejuang Palestina sejak tahun 2006 lalu. Saat ini, ada sekitar 11.500 warga Palestina di penjara-penjara Israel termasuk perempuan dan anak-anak. Banyak diantara tahanan itu adalah warga Palestina yang menjadi korban operasi penangkapan sewenang-wenang yang dilakukan tentara-tentara Zionis.

Sejak prajuritnya ditawan para pejuang Palestina di Jalur Gaza, Israel memberlakukan blokade dengan cara menutup semua perbatasan sehingga menimbulkan tragedi kemanusiaan di Gaza. Warga Gaza berjumlah 1,6 juta jiwa mengalami kekurangan makanan, ketiadaan energi listrik, perekonomian yang terpuruk, kekurangan obat-obatan dan tidak diijinkan berobat atau keluar masuk perbatasan. Israel berdalih blokade itu dilakukan untuk menekan pejuang Palestina di Gaza agar menghentikan tembakan roketnya.

"Ketika pejuang Palestina sudah menghentikan tembakan roketnya, Israel masih tetap memblokade Gaza dan perbatasan-perbatasan belum juga dibuka. Sangat tidak fair jika Israel menuntut banyak dari Palestina sementara Israel menginginkan rakyat Palestina mati secara perlahan-lahan atau dengan cara serangan yang brutal," tandas Mishaal. (ln/prtv)

No comments:

Followers